Copywriting email adalah seni menulis pesan yang menggerakkan pembaca untuk bertindak. Bukan sekadar mengirim teks biasa, tapi tentang merancang konten yang menarik, personal, dan persuasif. Template email efektif bisa jadi senjata ampuh dalam bisnis, pemasaran, bahkan komunikasi sehari-hari. Tapi, banyak orang masih terjebak dengan email yang membosankan atau terlalu formal. Padahal, dengan teknik yang tepat, email bisa meningkatkan engagement dan konversi. Di sini, kita akan bahas cara membuat copywriting email yang tidak hanya dibaca, tapi juga memicu respons. Siap tingkatkan skill menulis emailmu? Yuk, simak!

Baca Juga: Optimalkan Segmen Pelanggan dan Personalisasi Email

Rahasia Menulis Email yang Menarik

Menulis email yang menarik bukan cuma soal kata-kata bagus, tapi juga tentang memahami psikologi pembaca. Pertama, subject line adalah gerbangnya. Menurut HubSpot, 47% penerima membuka email berdasarkan subjeknya saja. Buatlah singkat, penasaran, dan relevan—misalnya, "Ini solusi untuk masalah X-mu" lebih efektif daripada "Update terbaru".

Kedua, personalisasi itu kunci. Jangan hanya pakai "Dear Customer", tapi gunakan nama dan data relevan. Tools seperti Mailchimp atau ActiveCampaign bisa bantu otomatisasi ini. Riset menunjukkan email yang dipersonalisasi meningkatkan open rate hingga 26%.

Ketiga, struktur email harus jelas. Gunakan paragraf pendek, bullet points, dan call-to-action (CTA) yang mencolok. Orang skimming, bukan baca detail. Contoh format yang bekerja:

  • Masalah (Apa yang dihadapi pembaca)
  • Solusi (Bagaimana produk/layanan Anda membantu)
  • Bukti (Testimoni atau data)
  • CTA (Apa yang harus mereka lakukan sekarang)

Terakhir, bahasa harus natural, seperti ngobrol langsung. Hindari jargon berlebihan atau kalimat kaku. Tanyakan pada diri sendiri: "Kalau saya terima email ini, apa saya akan tertarik?"

Bonus tip: A/B testing selalu membantu. Coba variasi subject line, layout, atau CTA untuk tahu apa yang paling efektif. Tools seperti Google Optimize bisa dipakai untuk eksperimen ini.

Intinya? Email yang menarik itu relevan, mudah dicerna, dan memicu aksi. Mulai praktikkan, lalu lihat perbedaannya!

Baca Juga: Iklan Baris Properti Jual Rumah Gratis

Struktur Template Email yang Efektif

Template email yang baik itu seperti alur cerita: punya awal yang menarik, isi yang padat, dan akhir yang jelas. Berikut kerangka yang bisa langsung kamu tiru:

  1. Subject Line yang Menggigit Ini penentu utama apakah emailmu dibuka atau diabaikan. Menurut Campaign Monitor, subject line dengan 6-10 kata punya open rate tertinggi. Contoh: "Masih pakai cara lama? Coba ini!" lebih efektif daripada "Panduan lengkap metode baru".
  2. Pembuka yang Personal Langsung sapa nama penerima dan tunjukkan kamu paham kebutuhannya. Hindari kalimat generik seperti "Kabar baik untuk Anda". Ganti dengan: "Hai [Nama], aku perhatikan kamu sering cari cara meningkatkan konversi—ini solusinya."
  3. Isi yang Fokus pada Manfaat Gunakan formula PAS (Problem-Agitate-Solve) dari Copyblogger:
    • Problem: Jelaskan masalah spesifik (e.g., "Bingung email-mu jarang dibalas?")
    • Agitate: Perparah rasa sakitnya (e.g., "Padahal, 60% lead bisa hilang kalau respons lambat")
    • Solve: Tawarkan solusi singkat (e.g., "Template ini sudah terbukti tingkatkan respons 3x lipat")
  4. Call-to-Action (CTA) yang Jelas Jangan bikin penerima bingung harus ngapain. Gunakan 1 CTA utama dengan desain mencolok (tombol warna kontras) dan teks aksi seperti: "Ambil Template Gratis Sekarang →" Data dari Unbounce menunjukkan CTA dengan kata kerja meningkatkan klik hingga 20%.
  5. Penutup Ringkas Akhiri dengan kalimat pendek yang meninggalkan kesan, plus tanda tangan personal (bukan hanya "Tim Marketing"). Contoh: "Kalau ada pertanyaan, balas saja email ini—aku bantu langsung!"

Extra Tip: Selalu tes template dengan tools seperti Litmus untuk memastikan tampilan konsisten di semua perangkat. Struktur rapi + konten relevan = email yang benar-benar bekerja!

Baca Juga: Strategi Influencer Marketing Kolaborasi Brand

Tips Meningkatkan Konversi dengan Email

Kalau emailmu sering dibuka tapi jarang ada yang klik atau beli, ini 5 trik yang bisa langsung kamu terapkan:

  1. Gunakan Prinsip "Satu Tujuan Satu Email" Jangan banjiri penerima dengan banyak opsi. Fokus ke 1 CTA per email—entah itu download, beli, atau daftar. Data dari WordStream membuktikan, email dengan 1 CTA meningkatkan klik hingga 371% dibanding yang punya multiple CTA.
  2. Timer Psikologis Tambahkan deadline atau scarcity, tapi jangan asal pakai "Diskon 50% hari ini!". Spesifik dan credible: "Kuota konsultasi gratis hanya tersisa 3 slot—klaim sebelum Jumat jam 5 sore." Studi Neil Patel menunjukkan email dengan countdown timer meningkatkan konversi hingga 332%.
  3. Social Proof yang 'Nyata' Jangan cuma kasih testimoni seperti "Produknya keren!". Pakai bukti konkret: "1.200+ marketer sudah pakai template ini—rata-rata open rate mereka naik 40% dalam 2 minggu." Tools seperti TrustPulse bisa tampilkan notifikasi real-time buat nambah urgensi.
  4. Preview Text yang Disengaja Bagian teks kecil di samping subject line (preheader) itu cadangan ruang promosi. Jangan diisi default seperti "Tidak bisa lihat email ini?". Ganti dengan: "Di dalam: Template email yang bikin klien selalu balas cepat." Menurut Litmus, 35% penerima memutuskan buka email berdasarkan preheader.
  5. Segmen Audiens Lebih Kecil Email blast ke semua orang = hasil medioker. Pisahkan audiens berdasarkan perilaku (misal: yang pernah klik vs. belum). MailerLite menemukan, segmented campaigns meningkatkan revenue hingga 760%.

Pro Tip: Selalu analisis data klik dengan tools seperti Hotjar untuk lihat di mana penerima drop-off. Konversi tinggi itu hasil dari uji coba + perbaikan terus-menerus!

Kesalahan Umum dalam Copywriting Email

Niatnya mau bikin email yang menjual, eh malah masuk spam atau diabaikan? Ini 5 kesalahan fatal yang sering bikin emailmu gagal total:

  1. Subject Line yang Terlalu Kreatif (Tapi Tidak Jelas) Jangan terjebak bikin kalimat puitis atau misterius seperti "Kamu tidak akan percata ini!". Menurut penelitian OptinMonster, subject line yang jelas dan spesifik ("Cara naikin konversi 30% dalam 7 hari") 41% lebih efektif.
  2. Terlalu Banyak Konten (Tanpa Fokus) Email bukan blog post. Orang scan dalam 3 detik—kalau kebanyakan teks, langsung dihapus. Data dari Boomerang menunjukkan email dengan 75-100 kata punya respons rate tertinggi.
  3. CTA yang Lemah atau Terlalu Banyak "Klik di sini" itu generik banget. Ganti dengan CTA yang beri nilai jelas: "Dapatkan Template Gratis →" Dan jangan taruh 5 tombol berbeda—HubSpot membuktikan email dengan 1 CTA utama dapat klik 42% lebih banyak.
  4. Mengabaikan Mobile Users 46% email dibuka via ponsel (data Litmus), tapi banyak yang masih pakai font kecil atau tabel rumit. Pastikan tombol CTA gede (minimal 44×44 piksel) dan teks mudah dibaca tanpa zoom.
  5. Tidak A/B Testing Asal kirim tanpa uji coba = main tebak-tebakan. Coba bandingkan:
  • Versi A: Subject line pertanyaan ("Butuh tambahan penghasilan?")
  • Versi B: Subject line pernyataan ("3 Cara Dapat Penghasilan Tambahan Hari Ini") Tools seperti Mailchimp bisa bantu analisis mana yang lebih efektif.

Bonus Mistake: Lupa kasih "Unsubscribe" yang mudah ditemukan. Selain melanggar regulasi seperti CAN-SPAM Act, ini bikin reputasi pengirim anjlok.

Intinya: Hindari kesalahan dasar ini, dan emailmu bakal lebih sering dibaca—dan bekerja!

Baca Juga: Strategi Backlink Viral dan Influencer untuk SEO

Contoh Template Email yang Terbukti Berhasil

Mau email yang beneran berkonversi? Ini 3 template yang sudah diuji ribuan marketer, plus analisis kenapa mereka bekerja:

1. Template "Problem-Solver" (Open Rate 45%)

Subjek: "[Nama], ini solusi untuk [masalah spesifik mereka]" Isi: "Hai [Nama], Aku tahu [sebut masalah: e.g., ‘bikin webinar tapi sepi peserta’] itu bikin frustasi. Tapi ada trik simpel yang dipakai [brand ternama] untuk dapat [hasil: e.g., ‘500+ pendaftar dalam 3 hari’]. Caranya? [Solusi singkat]. Aku udah siapin panduannya buat kamu—gratis. → Download Sekarang" Kenapa berhasil:

  • Personalisasi nama + masalah spesifik (riset Salesforce menunjukkan 72% konsumen hanya merespons email yang relevan).
  • Kasih solusi sebelum minta aksi (prinsip "give before ask").

2. Template "Social Proof Blast" (CTR 22%)

Subjek: "1.200+ orang sudah coba ini—hasilnya?" Isi: *"Hanya butuh 2 menit untuk baca ini:

  • [Nama klien] dapat [hasil] dalam [waktu]
  • [Nama klien lain] bahkan [hasil lebih keren] Sekarang giliran kamu. → Mulai Sekarang P.S. Kuota terbatas—[X] orang sudah daftar hari ini."* Kenapa berhasil:
  • Angka konkret (bukan "banyak orang") meningkatkan kepercayaan (Nielsen membuktikan 70% orang percaya testimoni dengan data).
  • Urgensi palsu ("kuota terbatas") dorong aksi cepat.

3. Template "Follow-Up Tanpa Ngeselin" (Respons Rate 35%)

Subjek: "Aku cuma mau pastikan…" Isi: "Hai [Nama], Aku cek kamu udah download [produk] tapi belum buka. Ada yang bisa aku bantu? Kalau masih sibuk, simpan dulu link ini: [link produk]. Atau balas email ini kalau ada pertanyaan—aku bantu langsung! Best, [Nama kamu]" Kenapa berhasil:

  • Nada peduli (bukan nagging) + opsi fleksibel (Studi SuperOffice menunjukkan follow-up personal tingkatkan respons 3x lipat).

Pro Tip: Modifikasi template ini di tools seperti Hunter.io untuk otomatisasi tanpa kehilangan sentuhan personal.

Cara Personalisasi Email untuk Pelanggan

Personalization bukan cuma sekadar menyebut nama di awal email. Kalau mau bikin pelanggan merasa email ini khusus untuk mereka, lakukan 5 strategi ini:

1. Leverage Behavioral Data

Gunakan data dari aktivitas mereka:

  • Baru lihat produk tapi belum beli? Kirim email dengan: "Hai [Nama], produk [X] masih nunggu kamu—nih diskon 10% khusus hari ini!"
  • Sudah beli sebelumnya? Follow-up dengan: "Kamu suka [produk sebelumnya]? Ini rekomendasi lain yang cocok!" Tools seperti Klaviyo bisa otomatisasi ini berdasarkan riwayat pembelian.

2. Segmentasi Berdasarkan Minat

Jangan asal kirim promo ke semua orang. Pisahkan audiens berdasarkan:

  • Minat: Pelanggan yang suka diskon vs. yang cari produk premium.
  • Lokasi: Tawarkan event atau produk lokal (e.g., "Event Jakarta: Meetup khusus marketer!"). Menurut Campaign Monitor, segmented campaigns meningkatkan pendapatan hingga 760%.

3. Dynamic Content

Satu email, tapi kontennya beda tergantung pembaca. Contoh:

  • Untuk pelanggan baru: "Selamat datang! Ini panduan pertama kamu…"
  • Untuk pelanggan lama: "Kembali lagi? Kami ada update spesial buat kamu!" Tools seperti HubSpot bisa bikin konten dinamis otomatis.

4. Gunakan Bahasa yang Natural

Jangan terlalu formal atau seperti robot. Contoh: ❌ "Kepada Yth. Pelanggan, berikut promo kami.""Hai [Nama], ada kabar seru buat kamu!" Riset Grammarly menunjukkan nada percakapan meningkatkan engagement 30% lebih tinggi.

5. Personalized CTA

CTA yang sama untuk semua orang = kurang greget. Sesuaikan dengan kebutuhan mereka:

  • Untuk yang sering baca blogmu: "Lanjut baca panduan lengkapnya di sini →"
  • Untuk yang suka diskon: "Klaim voucher kamu sebelum kehabisan!"

Pro Tip: Selalu uji personalization dengan A/B testing. Coba bandingkan email dengan nama vs. tanpa nama—hasilnya bisa beda jauh!

Dengan personalisasi yang tepat, emailmu nggak cuma dibaca, tapi juga bikin pelanggan merasa spesial.

Baca Juga: Cara Menyusun Iklan Baris yang Menarik Perhatian

Teknik Call to Action yang Memikat

CTA (Call to Action) itu seperti tombol "gas" di emailmu—kalau salah desain, pembaca enggak akan jalan ke tujuanmu. Ini cara bikin CTA yang beneran diklik:

1. Gunakan Kata Kerja Aksi Spesifik

Jangan pakai "Klik di sini" atau "Pelajari lebih lanjut". Ganti dengan:

  • "Dapatkan Panduan Gratis Sekarang"
  • "Klaim Diskon 50% Hari Ini" Menurut Unbounce, CTA dengan kata kerja imperatif meningkatkan konversi 20% lebih tinggi.

2. Buat Urgensi (Tapi Jangan Asal)

Jangan cuma bilang "Terbatas!", kasih alasan konkret:

  • "Hanya 5 spot tersisa—daftar sebelum jam 12 malam!"
  • "Promo berakhir dalam 3 jam" Data dari Scarcity Research menunjukkan CTA dengan deadline meningkatkan klik 226%.

3. Desain yang Impossible to Miss

  • Warna kontras: Orange atau merah biasanya lebih menonjol (tapi tes dulu dengan audiensmu).
  • Ukuran besar: Minimal 44×44 piksel biar gampang diklik di mobile.
  • Spasi putih: Jangan berantakan—biar CTA jadi fokus utama. Studi NNGroup membuktikan CTA yang terisolasi secara visual dapat 33% lebih banyak perhatian.

4. Tunjukkan Manfaat Langsung

Jangan minta aksi tanpa kasih alasan: ❌ "Submit""Mulai Tingkatkan Penjualan Sekarang" Penelitian Microsoft menunjukkan otak manusia memproses kata "manfaat" 60% lebih cepat daripada "fitur".

5. Tes Posisi Strategis

  • CTA pertama: Buat pembaca yang langsung tertarik.
  • CTA terakhir: Untuk yang baca sampai habis.
  • CTA floating: Tetap muncul saat di-scroll (cocok untuk email panjang). HubSpot menemukan email dengan 2-3 CTA (di posisi berbeda) punya klik 30% lebih banyak.

Bonus Tip: Pakai kata "kamu" atau "milikmu" di CTA—misalnya, "Mulai Upgrade Skill-mu". Riset Boomerang menunjukkan personal pronoun meningkatkan respons hingga 35%.

CTA yang memikat = jelas, mendesak, dan bikin pembaca nggak bisa bilang "nanti dulu".

Copywriting
Photo by Melanie Deziel on Unsplash

Menguasai copywriting email dan menggunakan template email efektif bisa jadi game changer untuk bisnismu. Dari subject line yang menggoda, struktur yang rapi, hingga CTA yang memikat—semua detail ini menentukan apakah emailmu dibaca atau diabaikan. Jangan lupa, personalisasi dan A/B testing adalah kunci untuk terus meningkatkan performa. Sekarang saatnya praktikkan tips ini, modifikasi template yang sudah terbukti, dan lihat perbedaannya langsung di angka konversi. Ready to make your emails work harder? Let’s go!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *